PENYAKIT ginjal kronis (PGK) menjadi penyebab kematian ke delapan
tertinggi pada perempuan, yakni hampir 600.000 kematian setiap tahunnya.
Dibanding pria, wanita lebih banyak terserang PGK.
PGK merupakan
masalah kesehatan di seluruh dunia dengan komplikasi gagal ginjal dan
kematian dini. Risiko terjadinya PGK pada perempuan hampir setinggi pada
lakilaki, bahkan lebih tinggi. Berdasarkan beberapa studi, PGK lebih
banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rata-rata
prevalensi 14% pada perempuan dan 12% pada laki-laki.
Namun,
jumlah perempuan yang menjalani dialisis lebih rendah dibandingkan pria.
Setidaknya ditengarai ada tiga alasan utama kondisi tersebut, yaitu
perjalanan PGK yang lebih lambat pada perempuan, rendahnya kesadaran
akan penyakit ginjal yang mengakibatkan keterlambatan atau tidak
dimulainya dialisis, dan akses kesehatan yang tidak merata.
Dr
Aida Lydia PhD SpPD-KGH, Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (Pernefri), menjelaskan beberapa kondisi kesehatan yang dapat
menjadi faktor risiko terjadinya PGK. Di antaranya, perempuan lebih
banyak terkena lupus, suatu penyakit autoimun yang dapat menyerang
ginjal, serta risiko menderita pre-eklampsia dan eklampsia selama
kehamilan.
Tingginya kejadian infeksi saluran kemih (ISK) pada
perempuan akibat struktur anatomi saluran kemih perempuan yang lebih
pendek daripada laki-laki juga menjadi faktor risiko PGK.
“Termasuk,
tingginya kejadian penyakit kanker serviks yang sering mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal,” ucap Ketua Divisi Ginjal Hipertensi Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dalam rangka Hari Ginjal Sedunia “Ginjal
& Kesehatan Perempuan: Rangkul, Hargai, Berdayakan” yang diadakan
Baxter Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dan Pernefri.
Dr dr Suskhan Djusad SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FKUI-RSCM, mengatakan, kanker serviks menyebabkan kematian
tiap jam pada perempuan Indonesia karena berbagai komplikasi, salah
satunya gagal ginjal. “Kanker serviks dapat dicegah karena dari lesi
pre-kanker sampai ke kanker serviks prosesnya cukup lama, yaitu antara
5-10 tahun,” ujar dr Suskhan.
Menurut Dr dr Iris Rengganis
SpPDKAI, Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUIRSCM, selama ini pencegahan kanker serviks umumnya dilakukan dengan
pencegahan sekunder, walau peran pencegahan primer sangat penting.
Pencegahan sekunder adalah deteksi dini kanker serviks dengan
pemeriksaan pap smear, thin prep yang dilanjutkan dengan terapi lesi
prakanker.
Sedangkan, pencegahan primer yaitu mencegah
terjadinya infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang merupakan penyebab
kanker serviks, dengan cara vaksinasi. Vaksinasi HPV dapat mencegah
masuknya karsinogen yang menimbulkan kanker serviks.
Dengan
menggabungkan upaya pencegahan primer dan sekunder, diharapkan kejadian
kanker serviks akan menurun sehingga kesehatan reproduksi wanita di
Indonesia semakin meningkat.
Tidak Menunjukkan Gejala
Data
yang didapat dari pasien rawat jalan di Poliklinik Ginjal Hipertensi
RSCM Jakarta selama tiga tahun terakhir (2015-2017) menunjukkan bahwa
pasien PGK akibat komplikasi penyakit lupus (disebut nefritis lupus )
lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. “Perempuan yang terkena
penyakit lupus umumnya pada usia produktif,” kata dr Iris Rengganis.
Sementara
angka penderita infeksi saluran kemih juga lebih banyak pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Data Indonesian Renal Registry 2016 menunjukkan
bahwa pasien baru gagal ginjal terminal yang memerlukan dialisis adalah
53.000 orang dan 1% di antaranya (530 orang) dengan penyakit dasar
nefritis lupus.
Sebanyak 10% populasi dunia terkena PGK.
Sayangnya, sebagian besar orang yang mengalami gangguan fungsi ginjal
tidak menunjukkan gejala sampai mereka kehilangan fungsi ginjalnya
mencapai 90%. Akibatnya, banyak orang baru mencari pertolongan kesehatan
saat mereka telah berada di stadium akhir penyakit ginjal yang
memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
Sumber : Sindonews.com
0 Comments