Header Ads Widget

Dollar Masih Keok di Tahun 2011

Mata uang dollar Amerika Serikat menunjukkan pelemahan terhadap euro selama dua hari terakhir. Sementara dollar juga sudah keok terhadap yen selama sembilan hari berturut-turut. Demikian pula halnya dengan rupiah, yaitu dollar sudah melemah selama tiga hari berturut.

Iwan Cahyo Suryadi, analis First State Futures, mengatakan, sebagai patokan mata uang, kinerja dollar AS tahun ini banyak dipengaruhi penuntasan masalah krisis. Dia bilang, salah satu masalah utama AS yang belum bisa teratasi dengan baik adalah data pengangguran. Rilis data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menunjukkan, angka pengangguran turun sebanyak 22.000 menjadi 432.000 pada akhir minggu (26/12/2010), ini merupakan tingkat pengangguran terendah sejak Juli 2008.

Menurutnya, euro masih terus bermasalah akibat krisis yang meluas dari Yunani, Irlandia, dan kekhawatiran penyebaran krisis ke negara di zona euro, misalnya saja Spanyol. Analis Askap Future, Wahyu Tribowo Laksono, menambahkan, kinerja euro pada tahun 2010 juga dibebani penurunan peringkat di sejumlah negara di zona euro.

Adapun untuk rupiah, menurut Iwan, tahun ini masih bergerak stabil yang terlihat dari selisih antara nilai tukar tertinggi dan harga terendah tidak memiliki perbedaan yang jauh. Sekadar mengingatkan, rupiah dalam posisi terendah pada nilai tukar pasangan IDR/USD adalah Rabu (27/1/2010) sebesar 9.428, sedangkan posisi tertinggi pada Rabu (10/11/2010) senilai 8.890.

Proyeksi 2011

Nico Omer Jonckheere, Vice President Research PT Valbury Asia Futures, menyatakan bahwa pada tahun 2011 dollar AS memiliki kecenderungan melemah. ”Federal Reserve menginginkan dollar Amerika untuk tetap lemah,” katanya. Menurut Nico, dengan melemahnya dollar AS, ekspor AS akan lebih bisa bersaing di pasar global dan membantu perekonomian AS. Selain itu, dia menambahkan, dengan dollar AS yang lemah, pembayaran utang AS akan dibayar dalam nilai yang lebih kecil.

Federal Reserve akan mengelontorkan dana quantitative easing tahap 2 (QE2) senilai 600 miliar dollar AS, stimulus tersebut membuat pasokan dollar AS makin berlimpah di pasar dan menekan nilai tukar mata uang tersebut. Federal Reserve telah membeli obligasi Pemerintah AS senilai 114,1 miliar dollar AS sejak 12 November 2010, melalui program QE-2. Pada periode pertama (Maret 2010), The Fed telah menggelontorkan dana 1,17 triliun dollar AS.

Namun, Iwan memiliki perhitungan lain. Dia mengatakan, pada semester I-2011, kinerja dollar AS akan membaik. Itu karena meski pertumbuhan ekonomi AS tidak terlalu bagus, menurutnya, kebijakan Presiden AS Barrack Obama yang lebih banyak berkonsentrasi pada sektor riil akan membantu pemulihan ekonomi AS. Misalnya saja seperti potongan pajak, dan suku bunga bank yang dijaga tetap rendah

Post a Comment

1 Comments

Aganone said…
blogwalking.. nice share, please visit my blog :D